-->
selamat datang di blog tutoriurl online, dapatkan tutorial tentang teknologi, informasi tentang kesehatan dan artikel yang sangat bermanfaat

PERENCANAAN KEUANGAN DAN LEVERAGE | Refrensi makalah


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“MANAJEMEN KEUANGAN”
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. IMAM SUKWATUS SUJA’I M.Si.






Disusun Oleh:
M. Yusuf Abidin
Fike hariyanti

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
(STAIM)
NGLAWAK-KERTOSONO-NGANJUK
2016



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis  dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dengan lancar Makalah ini berisikan mengenai pembahasan tentang manajemen keuangan yang lebih terperinci,khususnya pada materi Perencanaan keuangan dan leverage Penulis menyadari bahwa penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada: Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat-Nya; Bapak sujai  selaku dosen pembimbing penulisan makalah; Bapak dan Ibu sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis; Semua teman-teman yang telah memberikan semangat kepada penulis; Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Dalam terselesaikannya penulisan makalah ini kurang dari kesempurnaan.Untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran supaya penulis dapat menyempurnakan makalah ini untuk menjadikannya lebih baik.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
      


Nganjuk , April 2016





Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses perencanaan merupakan bagian yang terpadu dari pekerjaan manajer keuangan.Oleh karena liabilitas liabilitas jangka panjang dan dana modal saham ditarik hanya sewaktu waktu saja dan dalam jumlah besar,maka penting bagi perusahaan mempunyai taksiran kebutuhan seluruh dana untuk tahun tahun yang akan datang. Jadi berguna sekali untuk menyelidiki ramalan seluruh kebutuhan dana dari perusahaan.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bergantung pada perencanaan. Perencanaan keuangan yang dibuat dengan baik dan selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat mengarahkan perusahaan dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Perencanaan keuangan mencakup kegiatan ramalan keuangan dan pengendalian keuangan. Ramalan keuangan dibuat untuk meramalkan kebutuhan dana tambahan yang diperlukan perusahaan. Dengan mengetahui berapa jumlah dana yang akan diperlukan perusahaan untuk operasi periode mendatang, manajemen keuangan dapat memikirkan cara yang terbaik untuk mendanai kebutuhan tersebut dan pada akhirnya menjadi dasar pengendalian efektif keuangan. Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan aset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Penggunaan asset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Jadi laverage dapat di artikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk menggunakan dana tersebut peruasahaan harus menutupi biaya tetap atau beban tetap.

RUMUSAN MASALAH

Apa pengertian dari perencanaan keuangan itu?
Bagaimana langka – langkah dari perencanaan keuangan?
Apa itu leverage?
Apa yang dimaksud dengan Konsep operating dan financial Leverage?



BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Perencanaan Keuangan

2.1.1. Arti Penting Perencanaan Keuangan


      Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan-tujuan perusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, 1994:4).
Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan. Dua aspek penting dalam proses perencanaan keuangan :


(1) Perencanaan uang tunai, meliputi persiapan dari penyusunan budget kas perusahaan.
(2) Perencanaan laba, perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk laporan keuangan proforma. 


Kedua hal tersebut tidak hanya berguna bagi perencanaan keuangan intern tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi pinjaman baik sekarang maupun yang akan datang.(Sundjaja dan Barlian, 2003:162)
Perencanaan laba berpusat pada pembuatan laporan proforma. Laporan proforma, merupakan proyeksi laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba suatu perusahaan. Dua input yang diperlukan untuk menyusun laporan proforma dengan menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu :
a) laporan keuangan untuk tahun sebelumnya dan
b) ramalan penjualan tahun yang akan datang.


     Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Kepala bagian finansial harus selalu mengadakan forecasting (peramalan dan pengiraan) terhadap masa yang akan datang tersebut dengan tepat, yang meliputi perencanaan finansial jangka panjang (long range financial planning) dan perencanaan-perencanaan jangka pendek (short range financial planning). Salah satu keuntungan yang diperoleh dari adanya perencanaan finansial adalah dihindarkannya pemborosan-pemborosan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas yang sangat kompleks. (Gitosudarmo dan Basri, 1999:265)

2.1.2. Langkah-langkah Perencanaan Keuangan

     Langkah-langkah dalam penyusunan rencana (Gitosudarmo dan Basri, 1999:268-269) meliputi :
Langkah pertama dalam merencanakan keuangan adalah merumuskan (formulasi) terhadap tujuan jangka panjang, dapat berupa tujuan untuk dapat tumbuh menjadi perusahaan yang bertingkat nasional atau internasional.
Langkah kedua adalah berupa formulasi dari politik keuangan perusahan.Formulasi ini akan menjadi pedoman bagi segala kegiatan bisnisnya, dan dalam hal perencanaan keuangan ini sangat diperlukan. Oleh karena dalam hal ini sangat diperlukan adanya  forecasting guna memperkirakan perubahan-perubahan terhadap factor-faktor yang terdapat dalam formulasi rencana keuangan dari bisnis itu.
Langkah ketiga adalah pembentukan prosedur. Dimaksud untuk menciptakan koordinasi yang baik dari setiap aktivitas  yang saling berhubungan, sehingga tidak terjadi bertabrakan, saling lempar tanggung jawab.

Langkah yang terakhir adalah mengusahakan adanya fleksibilitas.

Keadaan ekonomi saat ini berada dalam keadaan dinamis dan selalu meningkat. Oleh karena itu manajemen harus selalu mempersiapkan adanya flesibilitas (keluwesan) di dalam rencana-rencana, terutama recana jangka pendeknya. Vareabel budged adalah salah satu bentuk yang tepat untuk diterapkan.
Menurut Brigham dan Huston, (1999:117) proses perencanaan keuangan dimulai dengan:
Ramalan Penjualan
Ramalan penjualan (sales forecast) umumnya  dimulai demgam tinjauan atas penjualan lima atau sepuluh tahun yang lalu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik pertumbuhan penjualan untuk 5 tahun terakhir (Brigham dan Houston, 1999:117).

Ramalan penjualan dibuat dengan mencoba mengukur volume penjualan di masa yang akan dating. Pengukuran tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran secara kualitatif biasanya menggunakan metode statistic dan matematik, sedangkan pengukuran secara kualitatif biasanya menggunkan judgement/pendapatan. Peramalan laporan Keuangan, langkah-langkahnya:

Meramalkan laporan rugi laba

Laporan rugi laba untuk tahun mendatang diramalkan untuk mendapatkan suatu estimasi atas laba yang dilaporkan dan jumlah laba yang ditahan yang akan dihasilkan   perusahaan selama tahun trsebut. Hal ini memerlukan asumsi-asumsi tentang risiko biaya operasi, tarip pajak, beban bunga dan rasio pembayaran dividen. Dalam kasus yang paling sederhana, dibuat asumsi bahwa biaya akan naik dengan laju yang sma sejalan dengan kenaikan penjualan dalam situasi yang lebih rumut, biaya-biaya tertentu akan diramalkan secara terpisah.  Namun, tujuan utana dari peramalan ini adalah untuk menentukan beberapa banyak laba yang akan diperoleh perusahaan dan tahun untuk diinvestasikan kembali dlam tahun yang diramalkan.

Meramalkan neraca

Jika penjualan dinaikkan, maka aktivitasnya harus tumbuh. Karena perusahan beroperasi pada kapasitas yang penuh, maka setiap pos aktivitas harus ditambah jika ingin penjualan yang lebih tinggi untuk dicapai. Lebih banyak kas yang dibutuhkan untuk transaksi, penjualan yang lebih tinggi akan menyebabkan piutang yang lebih besar, persediaan tambahan harus disimpan, dan pabrik serta  peralatan baru harus bitambah.
Mendapatkan dan tambahan yang diperlukan Dana tambahan nyang diperlukan (AFN= Additional Fund Needed) adalah dana yang harus diperoleh perusahaan secara ekternal melalui pinjaman atau dengan menjual saham biasa atau preferen baru.

Bentuk Perencanaan Keuangan

Bentuk-bentuk rencana keuangan dapat secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Neraca

Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Menurut Fress dan Warren (1992:25),
neraca adalah: “Suatu daftar aktiva, kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada tanggal tertentu yang biasanya pada tanggal terakhir suatu bulan atau tahun”. 
Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kelender, sehingga neraca sering disebut balance sheet.

2.  Laporan Laba Rugi

Laporan rugi laba merupakan suatu laporan sistematis tentang pendapatan/ hasil usaha, beban, laba perusahaan atau rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut Keiso dan Waygandt (1995:177), perhitungan laba rugi adalah: “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.” Pentingnya perhitungan laba rugi karena beberapa alasan, alasan utamanya adalah bahwa laporan yang membantu mereka dalam meramalkan jumlah, waktu dan ketidak pastian dari arus kas masa depan.

3. Peramalan Penjualan

Peramalan penjualan sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan khususnya di bidang produksi. Selain itu perusahaan dapat mengetahui aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dikemudian hari seperti perencanaan dan penjadwalan produksi dengan mempertimbangkan kapasitas pabrik atau perencanaan tenaga kerja. Peramalan penjualan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang melalui pengujian keadaan di masa lalu.
Peramalan (forecasting) penjualan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan langsung pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada diluar kendali manajemen” (Yamit, 2000:36).
Pada dasarnya peramalan penjualan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: peramalan subyektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan  orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut. Kedua yaitu peramalan yang obyektif , yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan metode-metode dalam penganalisaan tersebut.
Menurut Yamit (2000:37): “Metode peramalan permintaan atau penjualan dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif”. Metode kuantitatif dibagi ke dalam deret berkala atau runtun waktu (time series) dan metode kausal, sedangkan metode kualitatif dibagi menjadi metode eksploratoris dan normatif.
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tersebut. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki tingkat ketepatan yang tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu meliputi:
-          Tersedia informasi tentang masa lalu.
-          Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
-          Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut.

4. Metode Peramalan Keuangan


Model yang dapat digunakan dalam peramalan keuangan yaitu meliputi :
Metode rasio konstan (constant ratio method)
Metode rasio konstan (constant ratio method) merupakan suatu metode untuk meramalkan laporan keuangan dan kebutuhan keuangan di masa mendatang, dengan asumsi asumsi rasio-rasio keuangan tertentu akan tetap konstan (Brigham dan Houston, 1999:120)

b.  Metode regresi linier

Metode ini mencari hubungan regresi dari variabel dependen (semua pos aktiva dan pasiva yang terkait dengan penjualan) dengan variabel independen (tingkat penjualan) dan menyatakan hubungan tersebut dalam persamaan regresi (Husnan, 1992).
Regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan utama analisis regresi adalah untuk membuat ramalan nilai suatu variabel (variabel dependen) jika nilai variabel lainna (variabel independen) sudah ditentukan (Algifari, 1997 :112).
Untuk meramalkan nilai suatu variabel dependen bila variabel independen diketahui digunakan persamaan garis regresi dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = adalah variabel dependen
a  = adalah intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b  = adalah kemiringan (slope) kurva linier
X  = adalah variabel independen
Berdasarkan persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y, jika nilai a, b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertikal Y (a adalah nilai Y, bila X = 0). Nilai b adalah kemiringan  (slope) kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat perubahan setiap unit nilai X. Besarnya nilai a dan b konstan sepanjang kurva linear.    
Persamaan regresi digunakan untuk meramal nilai pos-pos tersebut untuk masa yang akan datang. Dari sini dapat disusun neraca proforma untuk tahun yang akan datang. Dengan mengurangkan total kewajiban dari total aktiva pada neraca proforma ini, kebutuhan tambahan dana untuk tahun yang akan datang dapat ditentukan. 

c.  Metode prosentase penjualan

      Metode prosentase penjualan adalah metode untuk mengembangkan laporan laba rugi proforma yang menyatakan harga pokok penjualan, biaya operasi dan biaya bungan sebagai prosentase dari penjualan yang sudah diproyeksikan (Sundjaja dan Barlian,  2003:173).
Metode ini meramal aktiva dan pasiva untuk periode mendatang sebagai prosentase dari ramalan penjualan. Prosentase yang dipergunakan bisa diambil dari laporan keuangan yang terbaru dari penjualan berjalan (current sales), atau dari perhitungan rata-rata beberapa tahun, atau dari penilaian analis, atau dari kombinasi sumber-sumber tersebut. Setelah ramalan untuk pos-pos yang terkait dengan penjualan didapat, hasil tersebut diterapkan pada formula ,matematis yang telah ditetapkan untuk menentukan kebutuhan dana.
       Berdasarkan pendekatan ini, besarnya persentase kerugian penghapusan piutang ditetapkan berdasarkan rata-rata piutang penjualan bersih selama periode yang sama. Rumus untuk menentukan persentase taksiran piutang tak tertagih, sebagai berikut : Total Piutang tak tertagih periode tertentu Taksiran penghapusan piutang = X 100% Total penjualan periode tertentu Pencatatan jurnal taksiran piutang tak tertagih sebagai berikut : 31\12\2008 Kerugian Penghapusan Piutang Rp. Xxx Cadangan Penghapusan Piutang Rp. Xxx (Ahmad Syafi’i Syakur : 2009 : 104)

2.2. Laverage

Definisi Financial Leverage
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban.  Leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Kalau pada “operating leverage” penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada “financial leverage” penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lebar saham biasa. (EPS = Earning Per Share). Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan dana dengan beban tetap, seperti halnya masalah operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Kalau perusahaan dalam menggunakan dana dengan beban tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) yaitu dalam bentuknya memperbesar EPS-nya, dikatakan perusahaan itu menjalankan “trading on the eqity


     Dengan demikian “trading on the equity” dapat didefinisikan sebagai penggunaan dana yang disertai dengan beban tetap dimana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada beban tetap tersebut. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternative metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri atau pemegang saham biasa
Operating Leverage Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut dengan degree of operating leverage atau disingkat menjadi DOL.
Sementara itu perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban tetap dikatakan bahwa perusahaan mempunyai financial leverage. Penggunaan financial leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bungan dan pajak (EBIT). Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana denga biaya tetap ini disebut dengan  degree of financial leverage (DFL).

DOL PADA X = % PERUBAHAN EBIT     % PERUBAHAN PENJUALANATAU EBIT EBITDOL pada X= PenjualanPenjualanAtau:
(P-V) Q DOL =      (P-V) Q - F
Setelah menghitung nilai DOL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DOL. DOL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EBIT akan berubah searan sebesar m% x DOL. Jadi DOL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap laba operasinya.
Financial Leverage
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial leverage dengan demikian menunjukan perubahan lab per lembar saham (earning per share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.
  % Perubahan EPS DFL pada X= % Perubahan EBITYang dapat diformulasikan menjadi : EPSEPS DFL pada X= EBIT      EBIT Atau:                (P-V) Q - F DFL =                  (P-V) Q – F – I
Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun) sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n% x DFL. Jadi DFL menunjukkan tingkat sensitivitas EBIT  terhadap EPS.

Combined Leverage

Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Degree combined leverage adalah multiplier atas perubahan laba per lembar saham (EPS) karena perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage adalah rasio antara persentase perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan.
% Perubahan EPS DCL pada X = % Perubahan PenjualanYang dapat diformulasikan menjadi : EPS EPS DCL pada X= PenjualanPenjualanATAU                DCL = DOL x DFL
     Setelah menghitung nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DCL. DCL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah searah sebesar m% x DCL. Jadi DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap EPS.
Seperti halnya degree of operating leverage dan degree of financial leverage, maka degree of combined leverage juga mengukur resiko perusahaan secara keseluruhan, baik risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya   dalam hubungannya untuk menentukan tingkat keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko perusahaan secara keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Dengan kata lain perusahaan yang menggunakan excessive leverage akan menanggung beban tetap yang lebih tinggi pula kemudian beban tetap yang lebih tinggi ini cenderung akan offset keuntungan karean penggunaan leverage, dan akhirnya penggunaan leverage yang excessive akan menyebabkan harga pasar saham menurun yang berarti nilai perusahaan juga kemakmuran pemegang saham menurun.
Contoh Soal
Contoh Soal
Diketahui harga/unit (P) = Rp. 10, Biaya variable/unit = Rp. 6, Total biaya tetap
(BT) = Rp. 100.000, Biaya bunga sebesar Rp.20.000. Berapa DOL,DFL, dan DTL pada penjualan sebesar Rp. 300.000 atau 30.000 unit ?
Di ketahui :
P                      = Rp. 10
V                     = Rp. 6
Q                     = 30.000
BT                   = Rp. 100.000
I                       = 5.000
a.          DOL = Q (P – V) / Q (P - V) – BT
         = 30.000 (10 – 6) / 30.000 (10 – 6) – 100.000
         = 6 x
“Setiap ada perubahan Penjualan sebesar 1%, menyebabkan perubahan EBIT sebesar 6%”
b.      DFL = Q (P – V) - BT / Q (P - V) – BT - I
         = 30.000 (10 – 6) – 100.000 / 30.000 (10 – 6) – 100.000 – 5.000
         = 1,33 x
”Setiap ada perubahan EBIT Sebesar 1%, menyebabkan perubahan EAT sebesar 1.33% “
c.       DTL = DOL x DFL
                  = 6 x 1,33 = 7.98 x


BAB III
KESIMPULAN



       Dari uraian dan contoh kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan keuangan sangat penting bagi setiap perusahaan,untuk menyusun rencana keuangan seberapa besar dana yang harus dikeluarkan,terutama pihak manajemen apabila perencanaan keuangan disajikan dengan baik dan benar tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu yang akan datang akan terlaksana dengan baik pula.


DAFTAR PUSTAKA


    Brigham & Houston, 1999, Manajemen Keuangan, Buku Kedua, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
   Gitosudarmo dan Basri, 1992, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta.
   Hanafi, Mamduh, M & Halim, Abdul, 2000, Analisa Laporan Keuangan. UPP AMD YKPN, Yogjakarta.

1 Response to "PERENCANAAN KEUANGAN DAN LEVERAGE | Refrensi makalah "

TULIS EMAIL KALIAN DISINI

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel