-->
selamat datang di blog tutoriurl online, dapatkan tutorial tentang teknologi, informasi tentang kesehatan dan artikel yang sangat bermanfaat

Sejarah kota Nganjuk || Asal mula nama beberapa desa di nganjuk

Kerajaan Medang atau yang sering disebut kerjaan Mataram Kuno didirikan pada abad ke-8 Masehi dan berpusat di Jawa Tengah. kerajaan ini diperintah secara bergantian oleh dua Wangsa besar yaitu wangsa Sanjaya yang bercorak Hindu Siwa dan Syailendra yang bercorak Budha. walau selalu terlibat persaingan kekuasaan Namun kedua bangsa ini mampu meninggalkan jejak peradaban yang sangat tinggi di antaranya yang masih dapat kita temui yaitu candi Borobudur dan Candi Prambanan.



Perpecahan wangsa sanjaya


pada tahun 856 masehi terjadi perpecahan dalam keluarga Wangsa Sanjaya yaitu antara Balaputradewa dengan kakak perempuannya pramodawardhani. pramodawardhani melakukan pernikahan politik dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya dan berhasil meraih Tahta kekuasaan Medang sedangkan menurut keterangan prasasti nalanda Balaputradewa tersingkir ke Pulau Sumatera dan menjadi raja kerajaan Sriwijaya dengan sebutan swarnabhumi. Sejak saat itu Meta politik pun berubah menjadi perseteruan antara dua kerajaan besar yaitu kerajaan Medang di Jawa dan kerajaan Sriwijaya di Sumatera.

pemindahan pemerintahan kerajaan medang


perseteruan itu berlangsung lama hingga puluhan tahun kemudian pada sekitar tahun 928 masehi perseteruan antara Sriwijaya dan Medang semakin memuncak Dyah Wawa yang saat itu menjadi raja Medang mengantisipasi jika ada serangan Sriwijaya, ia memerintahkan Rakai Hino empu Sindok untuk mempersiapkan pemindahan pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. pemindahan dilakukan secara bertahap diawali dari kawasan Batu Malang sebagaimana tersirat dalam prasasti sangguran dan kawasan Kandangan serta pare-kediri sebagaimana tersirat dalam prasasti kinawai.

namun belum tuntas proses pemindahan pusat pemerintahan Medang ke Jawa Timur pasukan Jambi utusan Sriwijaya telah terlebih dulu menyerbu istana Medang di Jawa Tengah Raja Dyah Wawa diperkirakan gugur pada serbuan itu kekosongan tampuk pimpinan bedak segera diambil alih oleh pusing dengan sisa-sisa kekuatan militer yang ada Mpu Sindok membangun markas darurat di kawasan lereng gunung Wilis sementara itu pasukan Jambi yang telah menguasai Jawa Tengah segera menyusul ke timur untuk meluluhlantakkan sisa-sisa kekuatan pada sampai ke akar-akarnya. 

Pasukan Jambi menyerang ke wilayah timur


pada Purnama ke-3 tahun 929 Masehi pasukan Jambi telah tiba di utara lereng gunung Wilis pasukan Jambi yang tangguh itu dengan mudah berhasil menguasai sebuah Pelabuhan Sungai penting yang bernama Bandar alim, Mereka kemudian membagi markas militer menjadi dua yaitu di sebelah barat dan di sebelah timur Bandar Alim. kedua daerah barat dan timur tersebut oleh masyarakat disebut dengan nama yang sama yaitu Desa Jambi karena di sana pernah digunakan sebagai markas besar pasukan dari negeri Jambi.

dengan direbutnya pelabuhan Bandar Alim maka pasukan Jambi berhasil menutup jalur bahan pangan dan komoditas penting lainnya yang menuju markas pasukan medang. 

Meminta bantuan tokoh lokal


jika situasi itu dibiarkan maka lambat laun pasukan Medang akan menderita kelaparan dan mudah bagi musuh untuk menyerang dan menaklukkan nya. maka tidak ada jalan lain lagi empu sindok selain terpaksa harus memimpin pasukannya untuk turun gunung dan maju berperang sadar bahwa kekuatan militernya jauh lebih lemah dibandingkan kekuatan pasukan Jambi, maka empu sindok meminta bantuan dari beberapa asamka atau penguasa lokal. antara lain penguasa Desa Margano buyut Manggali, penguasa waharu Diah pinggir, penguasa desa kadangan Rakai gunungan Dyah muatan, penguasa rari serta mapanji jati yang penguasa Desa Sumput. masyarakat sipil dari kawasan tersebut segera datang berkumpul menjadi satu di desa Margano. bersama-sama dengan pasukan medang mereka membangun pagar dari kayu dan jerami sebagai benteng dan cetakan perang untuk membendung kekuatan musuh. menurut cerita tutur kawasan tersebut sekarang dikenal dengan sebutan desa pagaran yang letaknya berada di sebelah timur Kota Nganjuk, sedangkan nama desa margano disebut oleh masyarakat dengan nama desa ganung. margano memiliki arti Jalan pembuka yang maksudnya kira-kira adalah jalur pintu gerbang keluar menuju markas Mpu Sindok di lereng gunung Wilis pada awal bulan April 929 Masehi. perang antara pasukan Jambi yang juga disebut pasukan malayu melawan pasukan Medang tidak terelakan lagi begitu kuatnya serangan pasukan Jambi sehingga akhirnya benteng Di Margano dapat diterobos. ribuan pasukan Jambi terus merangsek masuk ke selatan menuju markas empu sindok,  namun mereka dihadang oleh berlaksa-laksa manusia yaitu pasukan Medang yang bersatu dengan masyarakat sipil tempat terjadinya perang tersebut sekarang dinamakan oleh masyarakat dengan nama desa kalangan yang artinya Medan peperangan. pasukan Jambi yang tangguh tetap gigih menekan ke selatan sementara di pihak lain gelombang rakyat jelata juga tak henti-hentinya menjadi taman hidup yang siap meregang nyawa membela Bumi Pertiwi. inilah orang kejam perang habis-habisan lebih baik mati berkalang tanah daripada menyerah.  untuk mengabadikan dahsyatnya perang kejam itu maka masyarakat menamakan daerah tersebut dengan nama desa kalangan yang ada di kawasan Loceret Nganjuk sekarang.

Kemenangan pasukan medang


tepat pada tanggal 10 april 929 M Akhirnya pasukan Jambi tak mampu lagi mengimbangi kekuatan pasukan medang yang dibantu oleh seluruh elemen masyarakat satu persatu mereka roboh ada yang mundur lari semburat ke utara dan sisanya menyerah tak berdaya di saat itulah Mpu Sindok dari atas Kuda berhias kain berwarna megantoro menyerukan Pekik kemenangan Anjuk ladang... Anjuk ladang....  yang artinya adalah tanah kemenangan di tempat itulah kemudian lahir nama desa Anjuk ladang atau Desa Nganjuk yang letaknya sekarang ada di sebelah barat desa gejakan dan kalangan peristiwa kemenangan yang sangat heroik itu memiliki arti yang sangat besar bagi empu sindok. tidak jauh dari lokasi Desa didirikanlah sebuah tugu yang disebut jayastamba yang artinya Tugu kemenangan tersebut berukuran Tinggi 2 meter berbahan batu andesit dan berbentuk Lingga nantinya Tugu tersebut digunakan oleh Mpu Sindok sebagai prasasti yang dikenal dengan sebutan prasasti Anjuk ladang.

berdasarkan keterangan prasasti Anjuk ladang sebagai balas jasa atas bantuan masyarakat di Anjuk ladang dan sekitarnya maka empu sindok menganugerahkan Sima swatantra atau Desa bebas pajak di Anjuk ladang penganugerahan status Sima swatantra jumlah dan itu disertai dengan pembangunan sebuah Candi peribadatan yang disebut Srijayamarta mata yang artinya kemenangan Abadi Candi tersebut dikenal dengan nama candi anjuk ladang. 

Berdasarkan keterangan prasasti haring diketahui bahwa Mpu Sindok memerintahkan pula perluasan Desa Marga noh penganugerahan emas batangan bagi Mpu danHill selaku penguasa margano atas segala bantuan yang telah diberikan-nya.

seluruh proses pembangunan candi dan pembukaan sawah bagi penduduk diperkirakan dapat terselesaikan dalam 8 tahun kemudian. dan setelah genap siklus 1 Windu menurut kalender Jawa Kuno dari sejak tahun 929 Masehi tepat pada tanggal 10 april 937 masehi diresmikan lah Sima swatantra Anjuk ladang yang dilakukan di Kompleks Candi Lor peresmian itu diiringi dengan upacara keagamaan yang sakral dan Akbar serta dihadiri oleh Maharaja Sindok beserta seluruh pejabat kerajaan secara lengkap. tanggal peresmian Sima swatantra Anjuk ladang dan tersebut sekarang dijadikan sebagai hari jadi Kota Nganjuk.

Nah itu tadi adalah perjuangan nenek moyang kita. kita lahir dari darah pejuang, kita bersatu.

mulai sekarang podo nganjuk e ojo sampek padu.. podo jowone ojok sampek pisah 

2 Responses to "Sejarah kota Nganjuk || Asal mula nama beberapa desa di nganjuk"

TULIS EMAIL KALIAN DISINI

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel